Akik ke NFT: Dari Iklan Koran Hingga Pasar Lelang Digital

Priangan Insider - Pada masa lalu, batu akik kerap dianggap sebagai benda yang menghadirkan kenangan. Barang-barang tersebut biasanya dipromosikan melalui iklan baris di surat kabar edisi Minggu, ditawarkan dengan menggunakan gambar berkualitas rendah, sementara sang pedagang bersantai di depan warung kopi.

Tapi sekarang? Jangan salah.

Akik tidak hanya merupakan batu untuk perhiasan jari.

Dia sudah meningkatkan statusnya, dari pedagang biasa menjadi koleksi digital.

Iya, Anda tidak salah membacanya.

Kamu kini dapat menemukan batu akik di pasar NFT!

Ini bukan hanya lelucon belaka.

Penggabungan antara warisan lokal dengan teknologi blockchain menghasilkan kebangkitan para kolektor baru yang bermunculan dari berbagai penjuru.

Banyak di antaranya merupakan Generasi Z yang sebelumnya hanya mendengar tentang akik dari kakek atau paman-pamannya.

Namun saat ini, mereka mulai menyusun cerita mereka masing-masing.

Di balik kilauannya, terdapat cerita, nilai-nilai, serta peluang keuntungan.

Dari Al-Quran ke Keyboard: Perkembangan Pasar Batu Permata

Mari kita mengingat kembali beberapa saat di awal tahun 2000-an.

Batunya sangat populer di kalangan para ayah-ayah itu.

Pengumpul profesional umumnya menjadi subscriber untuk jurnal kesukaan atau surat kabar setempat.

Di pasar tradisional mereka mencari batu, memeriksa warna, tekstur, serta aura mistisnya; semua dilakukan secara instan dan konvensional.

Saat ini? Banyak penjual dan pembuat konten sudah pindah.

Mereka membuat katalog elektronik yang dilengkapi dengan video 360 derajat, penjelasan tentang energi, serta kode QR!

Bukan hanya itu saja, batu akik yang telah difoto secara artistik dapat dijual sebagai NFT, kemudian bisa dibeli, disimpan, dan juga dipajang sebagai exhibit digital di metaverse.

Saya memulai bisnis batu akik saat pandemic. Namun semenjak saya mencoba menambahkan koleksiku ke OpenSea, malahan banyak pesan langsung datang dari luar negeri, Ujar oleh Rizky F., seorang pembuat konten dan penjual batu akik berbasis di Bandung yang kini memiliki penggemar dari Jepang dan Prancis.

Akik + NFT = Kerjasama Antara Masa

Kerjasama di antara seniman digital dengan pedagang batu akik pun menjadi sesuatu yang menyegarkan.

Mereka membuat karya 3D menggunakan batu alam autentik, kemudian mengeditnya dan menerbitkannya sebagai NFT dengan jumlah terbatas.

Produk yang ditawarkan tidak hanya tampilan fisiknya saja, tetapi juga kisah dibalik pembuatan batu tersebut, mulai dari tempat penemuannya, makna simbolis setiap warnanya, hingga orang seperti apa yang memilikinya pertama kali.

Beberapa NFT batu permata bahkan dilengkapi dengan hadiah fisik; jika Anda memenangkan pelelangannya secara daring, batunya akan diantarkan langsung ke rumah Anda.

Jadi, selain mendapatkan berkas, kamu juga akan memperoleh batu yang bisa digunakan segera untuk gaya atau dikumpulkan sebagai benda spiritual.

Generasi Z Memasuki Pasar, Tetapi Membawa Gaya Baru

Remaja masa kini melihat batu akik dengan perspektif yang berbeda.

Mereka tidak memikirkan hal-hal supranatural terlebih dahulu. Bagi mereka, akik hanyalah suasana atau perasaan.

Beberapa orang mengkoleksinya berdasarkan warna aura, sementara yang lain menyesuaikannya dengan zodiak mereka.

Generasi Z bahkan membuat filter di Instagram untuk mencoba "cincin virtual" sebelum membeli.

Saya tidak paham soal batu akik saat masih anak-anak. Namun, setelah menemukan konten mengenai 'batu akik sebagai sumber energi penyembuhan' di TikTok, saya jadi tertarik, Cerita tentang Michelle, seorang pengumpul batu permata berusia 22 tahun asal Jogja yang saat ini sudah memiliki 12 gelang, dengan tiga diantaranya adalah versi NFT bekerja sama dengan seniman lokal.

Lelang Online: Penawaran dari Pengikut

Tren live TikTok dan Instagram jadi booster buat dunia akik digital.

Banyak penjual memulai proses lelang langsung secara daring, di mana para pengikut dapat mengajukan tawaran untuk batu akik unik melalui kotak komentar.

Apa yang menarik? Sejumlah lelang ini pun dihubungkan dengan NFT eksklusif yang berfungsi sebagai "sertifikat digital" kepemilikan batu tersebut.

Harga? Jangan salah.

Sebuah batu akik yang istimewa dari pertambangan Maluku Utara, memiliki warna ungu kemerahan serta bentuk asli, terjual seharga Rp 9 juta dalam lelang NFT beberapa bulan lalu.

Akiq dalam Metaverse: Khayalan Atau Masa Depan?

Dengan kemajuan metaverse dan tren avatar digital yang memungkinkan pengguna untuk mengombinasikan berbagai item, tidak mustahil jika cincin batu alam menjadi perhiasan virtual pilihan favorit.

Bayangin, kamu jalan-jalan di dunia digital pakai avatar, tangannya pakai akik lokal. Gaya lokal rasa global.

“Kita udah ngembangin filter AR buat nyobain cincin akik virtual. Next step-nya, mau bikin showroom virtual khusus akik,” ungkap Nanda, tim kreatif dari komunitas GemVerse ID, salah satu pelopor NFT batu alam di Indonesia.

Apabila dahulu dianggap sebagai benda bekas pakai, kini malah menjadi incaran utama untuk kolektor generasi terbaru.

Mulai dari tepi jalanan hingga ke panggung metaverse, serta dari genggam penambang menuju layar pasar NFT, batu akik membuktikan bahwa budaya dapat beradaptasi, tetap menjadi bagian penting, dan terus menarik jika disajikan dengan narasi yang sesuai.

Maka, jika dahulu acara akikah hanya dikaitkan dengan para ayah, kini siapa saja dapat melaksanakan ritual tersebut.

Di zaman modern ini, orang yang memiliki pengalaman lah yang bernilai.

Lalu tentang akik? Sedang menceritakan melalui teknologi blockchain. (***)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url




sr7themes.eu.org