Konsensus: RI Akan Alami Deflasi, Neraca Dagang Terus surplus

Radarinfo , JAKARTA — BPS akan merilis IHK untuk bulan Mei 2025 hari ini, yakni Senin (2/6/2025), menurut konsensus. ekonom meramalkan akan terjadi deflasi setiap bulan yang dipengaruhi oleh pengurangan harga cabai.
Menurut perkiraan dari 14 ahli ekonomi yang dikumpulkan Bloomberg , nilai tengah atau median dari Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Mei 2025 terletak dalam wilayah deflasi dengan angka sebesar 0,14%. month to month (MtM). Angka itu mengalami penurunan jika dibandingkan dengan inflasi tercatat sebesar 1,17% MoM di bulan sebelumnya yaitu April 2025.
Dilihat secara tahunan atau year on year (YoY), 25 ahli ekonomi meramalkan median Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Mei 2025 akan ada dalam kisaran inflasi sekitar 1,87%. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan tingkat inflasi yang tercatat sebesar 1,95% YoY pada bulan April 2025.
Kepala Ekonom dari PT Bank Permata Tbk. (BNLI), Josua Pardede, mengestimasi akan ada deflasi sebesar 0,27% secara bulanan di Bulan Mei tahun 2025 karena adanya kenaikan harga yang bersifat musiman saat masa Lebaran.
"Pengurangan harga tersebut sebagian besar disebabkan oleh pemulihan nilai pasar pangan setelah Idulfitri, yang mencakup pengurangan biaya untuk produk-produk tidak stabil seperti cabai merah dan cabai rawit," jelas Josua menurut pernyataan tertulisnya pada hari Minggu (1/6/2025).
Di sisi lain, komoditas makanan pokok seperti nasi dan hasil peternakan diproyeksikan akan tetap menunjukkan inflasi dengan tingkat sedang.
Di luar gonjang-ganjing pada sektor makanan, harga yang ditetapkan oleh pemerintah (harga administratif) juga menunjukkan penurunan meskipun tidak setajam kelompok makanan tersebut.
Menurut Josua, hal ini terjadi karena adanya penurunan harga bensin non-subsidi yang mengikuti pelemahan harga minyak dunia pada bulan April dan juga dikarenakan pengurangan tarif transportasi udara setelah berakhirnya kenaikan permintaan selama Lebaran.
Secara tahunan, ia mengestimasi bahwa laju inflasi akan mereda hingga mencapai kisaran 1,7% YoY di bulan Mei 2025. Selain itu, inflasi dasarnya pun diperkirakan menurun sedikit menjadi 2,43% YoY dari 2,48% YoY, hal ini sejalan dengan penurunan harga emas lokal serta penguatannya nilai tukar rupiah.
"Bila perkiraan ini terwujud, maka pola deflasi akan berlanjut secara stabil sesuai dengan tekanan biaya hidup yang rendah pada paruh pertama tahun 2025. Secara keseluruhan, inflasi dari awal tahun sampai Mei diproyeksikan hanya mencapai 1,29% YoY, cukup rendah bila dibandingkan dengan masa yang sama di tahun sebelumnya," jelas Josua.
Serupa dengan itu, Kepala Ekonom di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), Andry Asmoro, juga mengestimasi adanya deflasi sebesar 0,18% dari bulan ke bulan serta inflasi sekitar 1,8% tahun-ke-tahun untuk periode Mei 2025.
"Andai mengatakan bahwa tekanan deflasi mencerminkan kestabilan yang berlanjut pada suplay bahan makanan serta penyesuaian permintaan setelah Lebaran," demikian tertulis dalam pernyatannya, seperti dilansir Ahad (1/6/2025).
Dia mengestimasi bahwa inflasi inti kemungkinan akan tetap berada pada kisaran stabilitas sekitar 2,5% YoY. Dia menilai angka ini merupakan indikator dari inflasi dasar yang terkontrol di sisi permintaan dalam negeri yang cukup tenang.
Neraca Perdagangan Lanjutkan Surplus
Di luar data inflasi untuk Mei 2025 tersebut, BPS Akan meluncurkan data eksport impor serta neraca perdagangan barang Indonesia untuk bulan April 2025 pada hari ini.
Meski nilainya menurun, neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan tetap mencatat defisit perdagangan sampai dengan April 2025. Ini menunjukkan bahwa keadaan surplus dalam neraca perdagangan Indonesia bakal terus berlangsung selama 60 bulan berturut-turut.
Menurut konsensus dari 22 proyeksi ekonom yang dikumpulkan oleh Bloomberg, nilai rata-rata (median) surplus neraca perdagangan untuk bulan April tahun 2025 diperkirakan mencapai US$2,85 miliar.
Namun demikian, angka tersebut masih di bawah capaian neraca perdagangan pada bulan sebelumnya atau untuk April 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Tertingginya perkiraan disampaikan oleh ekonom dari Standard Chartered Bank, Aldian Taloputra, yang mencapai US$4,69 miliar. Di sisi lain, perkiraan terendah datang dari ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail Zaini, sebesar US$4 juta.
Kepala Ekonom di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), Andry Asmoro, meramalkan bahwa surplus perdagangan akan mencapai US$2,7 miliar pada April 2025, yang merupakan penurunan dibandingkan dengan angka US$4,33 miliar pada bulan sebelumnya.
Asmo menyatakan bahwa pengurangan defisit perdagangan itu sesuai dengan kelonggaran pada ekspor yang disebabkan oleh penurunan harga barang-barang komoditi.
"Tetapi demikian pula, kita mengestimasi bahwa harapan para pengusaha tentang penundaan tarif balasan di bulan April diproyeksikan sebagai elemen dominan yang mendorong pertumbuhan ekspor secara positif," ungkap Asmo dalam pernyataannya, seperti dilansir Minggu (1/6/2025).
Dia menjelaskan bahwa eksportasi diproyeksikan meningkat sebesar 4,6% year-on-year. year on year /(YoY) dan mengalami penurunan sebesar 11,8% secara bulanan (/MONTHLY). month on month/ MoM).
Menurut dia, pengurangan ekspor perbulan dipicu oleh peregannya harga barang-barang seperti batubara, minyak kelapa sawit (CPO), serta nikel; sedangkan dari sudut pandang tahunan, harga CPO dan baja tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Impor diperkirakan akan naik sebesar 5,5% secara tahunan (YoY) atau turun 5,8% secara bulanan (MoM). Menurut Asmo, hal ini sesuai dengan adanya dasbor yang rendah. low base ) dari tahun sebelumnya.
"Di sisi lain, kelemahan dalam sektor industri (PMI manufaktur 46,7) serta normalisasinya impor setelah Ramadan dan Idul Fitri diperkirakan sebagai penyebab utama penurunan impor dari bulan ke bulan. Laporan PMI manufaktur juga menunjukkan ada pengurangan pada aktifitas pemesanan bahan mentah," jelas dia.