Pemain Satelit Lokal Membutuhkan Petunjuk dan Dukungan Pemerintah

Radarinfo, JAKARTA — Industri satelit bangsa sedang menantikan petunjuk pemerintah mengenai perkembangan teknologi. telekomunikasi Yang berasal dari luar angkasa. Arahan yang tegas dan jelas memungkinkan pemain lokal bertahan di tengah persaingan dengan pemain internasional.
Sebaliknya, pengusaha juga menggarisbawahi signifikansi memiliki satelit milik Indonesia dalam melindungi berbagai jenis informasi vital serta melakukan pemantauan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Satelit Indonesia, Sigit Jatiputro menggarisbawahi pentingnya memiliki panduan yang jelas serta insentif nyata dari pihak berwenang supaya perusahaan satelit dalam negeri dapat bersaing dan tumbuh di hadapan persaingan dengan penyedia layanan luar negeri.
Menurut Sigit, investasi di sektor satelit membutuhkan dana yang sangat besar, sehingga pelaku industri kerap menimbang-nimbang arah bisnis ke depan agar tetap dapat terus relevan.
“Industri satelit di Indonesia harus tetap relevan dengan tren global, tapi tantangannya berat, terutama dari sisi investasi,” ujar Sigit, Senin (2/5/2025).
Sigit menyoroti potensi dominasi pemain global yang bisa menggerus pasar lokal jika tidak ada langkah strategis dari pemerintah dan pelaku industri.
Teknologi satelit asing seperti satelit Starlink, terus mengitari langit Indonesia. Di sisi lain, mereka dapat menyalurkan internet dengan tarif affordable, tetapi juga menjadi ancaman karena ketergantungan Indonesia terhadap layanan asing yang harganya dapat berubah sewaktu-waktu.
Maka dari itu, menurut Sigit, peranan pemain satelit lokal amat penting untuk memperkuat kedaulatan digital di Indonesia. Ini juga bertujuan agar negara kita bisa mandiri tanpa terlalu bergantung pada peralatan luar negeri dan sekaligus melindungi keamanannya.
Dia pun menggarisbawahi kesesuaian antara tujuan dan arahan yang jelas bagi semua pihak berkepentingan, termasuk pemerintah sampai pebisnis, untuk memastikan bahwa sektor satelit dalam negeri bisa terus maju.
"Perlu dipahami bahwa ruang angkasa Indonesia hendak dialihkan kemana? Apakah pemimpin-pemimpin kami menyadari ancamannya apabila kita tertinggal dalam bidang luar angkasa? Jika hanya berdiam diri, maka posisi kita akan semakin terlambat," tambahnya.
Sigit ingin agar program pembangunan satelit dapat dipulihkan sebagai bagian dari proyek-proyek strategis nasional di negara ini, karena diperlukan persiapan modal signifikan untuk mendanai perkembangan teknologinya.
Misalnya saja pada proyek pengembangan satelit Satria-1 yang memiliki kapasitas mencapai 150 GBPS, hal ini menghabiskan biaya investasi sebesar US$540 juta.
“Space itu mahal, investasinya besar. Akses ke angkasa, roket, dan teknologi masih kurang. Negara-negara lain seperti China dan Amerika pun mendorong pengembangan satelit lewat dukungan negara dan lembaga riset,” jelasnya.