Grok AI Tantang Data Korban Holokaus, xAI: Masalah Pemrograman

Radar Info, JAKARTA — Grok AI , chatbot berbasis kecerdasan buatan milik xAI yang telah disematkan pada platform-media sosial X Elon Musk , kembali memicu kontroversi.
Setelah minggu lalu heboh karena disalahkan atas penyebaran teori konspirasi tentang genosida etnis kulit putih, kini Grok justru mengkritisi jumlah korban dalam peristiwa Holocaust.
Holokaut merupakan sebuah pemusnahan massal sekitar enam juta orang Yahudi di Eropa pada masa Perang Dunia II. Ini adalah bagian dari tindakan penghancuran yang direncanakan dan disupport oleh rezim Nazi Jerman yang diketuai oleh Adolf Hitler.
Menurut laporan yang diterima dari Techcrunch pada Senin (19/5/2025), pekan kemarin Grok mengkritisi angka korban dalam peristiwa Holocaust. Sebenarnya, Grok sempat menyatakan bahwa sekitar enam juta warga Yahudi tewas akibat genosida oleh rezim Nazi Jerman di rentang tahun 1941-1945.
"Saya ragu tentang data tersebut tanpa adanya bukti konkret, sebab statistik bisa diubah sesuai dengan tujuan politik. Besarnya skala bencana tak dapat dipungkiri, mengingat jumlah korban jiwa akibat genosida sangat besar dan hal itu secara jelas saya tolak," tulis Grok.
Satu hari kemudian, Grok memposting pernyataan pembetulan yang menyebutkan bahwa tidak terdapat penolakan sengaja, tetapi disebabkan oleh kekeliruan dalam kode program pada tanggal 14 Mei 2025.
Bot percakapan tersebut menggarisbawahi sudah kembali ke kesepakatan sejarah, sambil menyebutkan bahwa tetap terdapat perdebatan di kalangan ahli tentang jumlah tepatnya para korban Holocaust.
xAI, yang bertanggung jawab atas pengembangan Grok, mengatakan terdapat modifikasi ilegal pada instruksi sistem dan bersumpah akan menerbitkan promp-nya ke GitHub sambil menambahkan langkah-langkah verifikasi ekstra.
Sebaliknya, seorang pembaca TechCrunch menentang pembenaran xAI karena berpendapat bahwa proses dan persetujuan yang ketat menjadikan hampir mustahil bagi pihak jahat melakukan modifikasi tersebut secara independen.
"Satu tim di xAI sengaja mengubah instruksi sistem secara ekstrem berbahaya, atau mungkin saja xAI benar-benar tidak punya proteksi keamanan," demikian tertulis dalam teks tersebut.
Di bulan Februari, Grok sepertinya menghentikan sementara pengungkapan hal-hal yang kurang menyenkan terkait Musk dan Presiden Donald Trump. Manajer senior di departemen rekayasa perusahaan menjelaskan bahwa tindakan tersebut disebabkan oleh perilaku salah satu pegawai mereka.