Tanah Warisan dari Leluhur di Mekkah Akan Menjadi Pusat Kampung Haji Indonesia

Radar Info Dalam rangkaian upaya Presiden Prabowo Subianto mendirikan Kampung Indonesia bagi jemaah haji dan umroh di Arab Saudi, telah disediakan sebuah lahan yang sangat ideal dengan luasan mencapai 38,6 hektar tepat di pusat Kota Suci Mekkah.
Lahan yang terletak sejauh 2 kilometer dari Masjidil Haram (area-2) tersebut diyakin memiliki daya tarik besar dan dapat memenuhi harapan jutaan calon jamaah haji.
Ismu Sutopo dari Pengurus Yayasan Dr Soekarto Nusantara Heritage (YDSNH) menyebutkan bahwa yayasan saat ini sedang berusaha memperpanjang hak penggunaan tanah tersebut.
Mengikuti pengumuman rencana oleh Presiden Prabowo pada tanggal 4 Mei 2025 kemarin, YDSNH mengharapkan bisa bekerja sama guna mewujudkan Kampung Indonesia diatas lahan bersejarah tersebut.
Ismu mengatakan bahwa sebagai negeri dengan jumlah jemaah haji tertinggi di planet ini, Indonesia pastinya berharap memiliki akomodasi yang memadai dan strategis di Mekkah dan Madinah, khususnya lokasi tersebut tak jauh dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Usaha pemerintah dalam mendirikan akomodasi bagi jemaah haji dan umrah pada tahun 2013 serta 2021 mengalami kendala dalam hal pembebasan lahan, terlebih area berlokasi dekat dengan Masjidil Haram saat ini dikontrol secara ketat oleh Komisi Kerajaan untuk Kota Mekah dan Tempat Suci (RCMC).
"Salah satu nenek moyang masyarakat Indonesia pernah mengakuisisi lahan senilai 38,6 hektar di Kudai, Mekkah Almukaromah (lingkaran-2) pada tahun 1918 Masehi, yaitu jauh sebelum pembentukan Kerajaan Arab Saudi, ketika daerah itu masih menjadi bagian dari Kekhalifahan Turki Utsmani," terang Ismu melalui informasi yang diperolehnya. Radar Info , Sabtu (17/5/2025).
Mulai bulan November tahun 2021, YDSNH dipilih oleh para pewaris dari kedua negara, yaitu Indonesia dan Arab Saudi (sebagai pemilik tanah yang sah atas nama keduanya), untuk menangani proses perpanjangan hak pengelolaan tanah di Mekkah.
Harapannya ialah menciptakan Kampung Haji Indonesia (Indonesian Hajj City Center), suatu area komprehensif yang menawarkan akomodasi (penginapan) serta berbagai fasilitas tambahan yang saling terhubung dengan sistem transportasi ke arah dan dari Masjidil Haram.
Mengacu pada penjelasan Ismu, sidang awal yang menetapkan perpanjangan hak penggunaan tanah hingga 100 tahun mendatang sudah diadakan pada bulan November tahun 2021.
Pada persidangan itu, YDSNH dituntut agar menyiapkan penggantian uang senilai kira-kira Rp 3,5 triliun. Luasan lahan tersebut diyakini bernilai sekitar Rp 3.800 triliun, dan perkiraan nilai pasarnya di area lingkar kedua Masjidil Haram adalah seharga Rp 10 miliar setiap meter persegi.
Untuk menciptakan Kampung Haji Indonesia dengan kapasitas hingga tiga kali lebih banyak dari jumlah jemaah haji asal Indonesia saat ini (kira-kira 230.000 orang), diharapkan akan dibutuhkan anggaran sebesar Rp 150 triliun atau setara dengan 10 miliar USD.
Ismu menyebutkan bahwa proyek berani ini sudah mendapat perhatian para investor utama. Salah satunya adalah Syekh Yazeed Al-Rajhi, anak laki-laki dari pengusaha kondang Syekh Muhammad bin Abdulazis Al-Rajhi, yang telah mengontak lembaga amal untuk membahas kemungkinan konstruksi di wilayah itu.
Untuk diketahui, di lokasi tanah warisan tersebut juga berdiri bangunan Le Meredien Tower, yang sebagian hasil pengelolaannya akan diserahkan kepada ahli waris Indonesia setelah perpanjangan hak guna lahan disetujui (tahun 2018-2118).
Selain itu, pembangunan Abraj Kudai, yang digadang-gadang akan menjadi hotel terbesar di dunia, terhenti sejak sidang pertama YDSNH di Pengadilan Mekah pada November 2021 untuk pengajuan perpanjangan hak guna lahan.
"Sidang ini bukanlah sidang sengketa lahan, melainkan sidang penetapan hak guna lahan 100 tahunan," Cetus Ismu.
YDSNH berharap agar rencana Presiden Prabowo membangun "Kampung Indonesia" dapat disinergikan dengan upaya mereka dalam memperpanjang hak guna lahan bersejarah ini.
"Bila terealisasi, Kampung Haji Indonesia diatas lahan 'peninggalan leluhur' ini dapat menjadikannya sebagai suatu prestise untuk negara serta menyediakan sarana yang jauh lebih baik bagi jutaan calon jamaah haji dan umrah asal Indonesia," kata Ismu.